Jumat, 31 Agustus 2012
Tak Pernah Punya!
Pensil ini nyaris patah,
berkali-kali menulis
syair yang sama
sewindu pula
Pena pun nyaris habis tinta,
Bahkan keyboard laptopku,
mungkin bosan menulis namamu
Tapi aku,
tak pernah kehabisan kata-kata,
cerita tentang kamu
Aku tahu,
aku bahkan tak punya
Tak pernah punya kisah kasih itu
Tapi aku belum bisa memulai cerita baru
Walaupun berkali-kali
Mungkin mataku tertutup?
Minggu, 26 Agustus 2012
the Day You Were Here
Cinta, Monyet!
cinta, monyet! |
Begini,
saat aku kelas tiga di sekolah menengah pertama, jahh, usia belasan awal, saat masih unyu-unyunya, sekaligus saat paling labil dan ganjil. Keganjilan karena mengalami cinta, monyet!
Nggak ada yang istimewa ya, sekali lagi aku tekankan. Sosok Pangeran Negeri Impianku adalah Michael, anak laki-laki luar biasa pemalu, berambut lurus, bermata tajam, dan perut yang tidak rata
-___-'
Karena itu, sebenarnya sangat sulit bagiku menjelaskan alasan mengapa cinta monyetku jatuh pada sosok Michael yang nggak 'lovely' itu, jauh dari sosok Pangeran Negeri Impian pada umumnya.
Dua tahun kuhabiskan waktuku di sekolah, tak sedetikpun waktu untuk kuluangkan, hanya sekadar tahu namanya. Aku benar-benar nggak tahu (jangan-jangan, tepatnya nggak mau tahu?) dan nggak mengenal makhluk seperti apa Michael. Sampai akhirnya, aku satu kelas dengannya, di tahun terakhirku.
Bisa dibilang, bukan cinta monyet pada pandangan pertama, karena pertama kali aku melihatnya, nggak ada yang menarik bahkan cenderung menyebalkan. Aku yang periang dan banyak bicara, melihatnya super pemalu (atau, pemurung?) dan kaku.
Butuh ratusan kali pandanganku, sampai akhirnya aku ternyata terpikat pada sosok tidak kurusnya itu. Haha.
Mungkin saja aku menderita rabun, jadi aku kemudian tersihir hanya melihat kebaikan-kebaikan Michael di hadapanku. Mungkin juga aku menderita gangguan lainnya. Intinya, Michael adalah anak berkepribadian ganda yang sangat menarik di satu sisi, dan sangat menyebalkan di banyak sisinya.
Biarpun ia berbadan besar, kujejalkan dengan paksa masuk ke dalam hatiku, lalu terjebak nggak mau pergi, hingga kini. Mengerikan -_-
Cat Tembok Hati
susah payah aku mengecatnya :3 |
Suatu hari di bulan Agustus, perayaan besar di republik tercinta ini memaksa kita semua bersusah payah menyambutnya. Seminggu sebelum tanggal tujuh belas tiba, sekolah mengultimatum para murid untuk bersiap-siap. Tepatnya, bersiap-siap untuk menjadi pekerja bangunan profesional dalam sekejap, minimal untuk mengecat tembok kelas masing-masing. Tak terkecuali kami, murid kelas tiga.
Perkenalkan, aku, sang Ketua Murid, walaupun punya hobi menggambar, tetapi buta sama sekali tentang dunia pengecatan tembok. Namun, dengan bekal ke-soktahuan-ku yang tinggi, aku memilih cat warna orange terang di sebuah toko bangunan berdebu di ujung jalan belakang sekolah, dengan kualitas cat yang akupun nggak paham, sebagai bahan untuk mengecat kelas kami nanti. Sekolah berdalih demi melatih kemandirian, kami para muris wajib membenahi kelasnya dengan usaha sendiri. Bayangkan, anak-anak selugu kami diamanahkan mengecat tembok..
Setelah berdiskusi dengan seisi kelas, kami berjanji akan menuliskan "DIRGAHAYU INDONESIA" besar-besar di tembok kelas kami.
Tibalah hari pengecatan yang kami tunggu-tunggu itu.
Dan, saudara-saudara, tahukah apa yang aku lakukan pada hari itu?
Aku melupakannya!
Kami sukses di-sidang teman-teman satu kelas, atas tindakan kami yang kelewatan. Parahnya lagi, aku adalah ketua murid dan Michael adalah wakilku. Benar0benar tragis. Aku sampai nggak bisa untuk nggak terisak saat itu, menyesal akan kekonyolan apa yang kami buat, sekaligus merasa bersalah yang dalam pada teman-teman kami.
Langganan:
Postingan (Atom)